menyusuri-jejak-kadal-purba
Komodo (Varanus komodoensis) | Foto Makhfud Sappe
Destination
MENYUSURI JEJAK KADAL PURBA
Makhfud Sappe
Fri, 18 Apr 2025
Jalan perlahan dan sesekali mendongakkan kepala dan menjulurkan lidah panjang bercabang yang berlumuran liur adalah ciri khas reptil purba ini. Sepertinya jinak dan malas untuk bergerak cepat, tapi kita harus sangat waspada dan ekstra hati-hati mendekatinya.

Keistimewaan Indonesia Sebagai Rumah Kadal Purba


Komodo (Varanus komodoensis), spesies kadal purba terbesar di dunia. Foto Makhfud Sappe

Sebagai negara kepulauan tropis terbesar di dunia, Indonesia memiliki alam dan pulau-pulau yang indah dan bervariasi sehingga dijuluki Zamrud Khatulistiwa, Salah satunya adalah Pulau Komodo. Julukan ini diberikan karena pulau itu menjadi habitat komodo (Varanus komodoensis), spesies kadal purba terbesar di dunia, dan secara alami, hanya ada di Indonesia. Penduduk lokal menyebutnya "Ora." Binatang ini hidup bukan hanya di Pulau Komodo, tetapi juga di Pu­lau Rinca, Gili Motang, dan Nusa Kode. Karena termasuk hewan langka dan di ambang kepunahan, komodo pun dilindungi dengan payung hukum berupa Peraturan Peme­rintah Indonesia dan upaya konservasi melalui Taman Nasional Komodo.

Pulau Komodo tercatat dalam situs wikipedia. Dalam situs itu disebutkan, pada tahun 1910 orang Belanda menamai pulau di sisi selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur ini dengan julukan Pulau Komodo. 

Cerita ini berawal dari Letnan Steyn van Hens Broek yang mencoba membuktikan lapor­an pasukan Belanda tentang adanya hewan be­sar menyerupai naga di pulau tersebut. Steyn lantas membunuh seekor komodo tersebut dan membawa dokumentasinya ke Museum and Botanical Garden di Bogor untuk diteliti. 

Selain komodo, pulau ini juga menyimpan eksotisme flora yang beragam, kayu sepang yang oleh warga sekitar digunakan sebagi obat dan bahan pewarna pakaian, pohon nitak ini atau sterculia oblongata diyakini berguna se­bagai obat dan bijinya gurih dan enak seperti kacang polong. 


Perjalanan Menuju Pulau Komodo

Papan informasi di Loh Buaya menyebut­kan populasi komodo saat ini diperkirakan sekitar 3270 ekor (2024) yang tersebar di Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Nusa Kode.

Beruntung saya mendapatkan kesempatan berkunjung ke Taman Nasional Komodo yang masuk "Situs Warisan Dunia " oleh UNESCO pada tahun 1991 dan ‘’Tujuh Keajaiban Dunia Baru" oleh New 7 Wonders tahun 2012. Menuju Pulau Komodo, perjalanan bisa ditempuh dari Bali, Lombok maupun Kupang menuju Labuan Bajo. Penerbangan Batik Air mempunyai tiga kali penerbangan perhari langsung dari Jakarta ke Labuan Bajo dan satu kali penerbangan langsung dari Bali. Dari Surabaya maskapai Super Air jet terbang langsung ke Labuan Bajo setiap hari.


Gugusan pulau di Taman Nasional Komodo (TNK). Foto Makhfud Sappe

Nah, sesampai di Labuan Bajo, kita bisa menyewa perahu-bisa juga memanfaatkan jasa agen wisata lokal menuju Pulau Komodo serta mengatur agenda kegiatan selama di sana. Berbagai paket ditawarkan antara lain one day trip menggunakan perahu kayu mengunjungi tiga pulau; Pulau Padar, Pulau Rinca, dan Pink Beach dengan harga mulai 700.000/perorang. Wistawan juga bisa memilih paket bermalam di Pulau Rinca atau Pulau Komodo.

Dalam perjalanan menuju Pulau Komodo dari Labuan Bajo kami disuguhi pemandangan menakjubkan berupa gugusan pulau, laut nan begitu jernih dan langit biru. Sebuah har­moni lansekap yang menawan. 

.Pertama kami menuju pulau Rinca (Loh buaya). Disini kami mendapat briefing singkat dari pawang mengenai rute trekking dan aturan kunjungan sebelum berkeliIing pulau melihat komodo. Ada yang menarik selama menyusuri Loh Buaya adalah menyaksikan langsung kawanan monyet di antara komodo­ komodo yang hidup liar. 

Puas menyusuri Pulau Rinca, perjalanan dilanjutkan ke Pulau Komodo. Menapakkan kaki di Taman Nasional Komodo yang berada di Loh Liang (Pulau Komodo), kembali para pawang menjelaskan secara rinci berbagai hal yang ha­rus diperhatikan pengunjung selama di situ. 

Rambu­-rambu dari pawang harus diper­hatikan betul agar tidak terjadi hal­-hal yang tidak diinginkan, apalagi saat berdekatan de­ngan komodo. Pengunjung ha­rus ekstrawaspada dan hati-­hati mendekati ko­modo. Binatang pemakan bangkai ini mampu berlari mengejar kita dengan kecepatan hingga 20 km/jam. Komodo juga dapat menemukan mangsanya melalui penciumannya yang tajam. Mereka bisa menemukan binatang mati atau bangkai dalam radius 9,5 km. 

Puas di Pulau Komodo, dalam perjalanan kembali ke Labuan Bajo, kami mampir di Pan­tai Merah (Pink Beach). Konon, di dunia hanya ada tujuh pantai berpasir pink, salah satunya di Pulau Komo­do. Pasir pink ini berkat campuran pasir putih dan merah. Warna merah konon berasal dari serpihan koral merah yang hancur. Yang jelas, pantai ini masih sangat bersih dan indah. 

Di Pantai Merah ini kita bisa menyelam, snorkeling, atau sekadar jalan­-jalan santai di pasir pantai yang berwarna merah muda sambil menunggu matahari terbenam. (*)

Artikel ini juga terbit di Majalah inflight Lion Air Group : LIONAIRGROUP Edisi APRIL - MEI 2025





Share

Popular News

More Latest News