Hari Kedua: Tarian, Nyanyian, dan Tradisi yang Bernapas.
Keesokan harinya, festival berlanjut dengan pertunjukan seni. Setiap suku menampilkan tarian unik. Suku Dani membawakan Tari Musyoh, gerakan energik untuk mengusir roh jahat. Sementara suku Yali memukau dengan tarian Akonenek, para penari melompat-lompat di atas bara api, melambangkan kekuatan fisik dan spiritual.
Di ujung lapangan, perempuan-perempuan mendemonstrasikan cara membuat noken, tas anyaman dari serat kayu yang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda. "Noken adalah simbol kehidupan kami. Ia membawa hasil kebun, bayi, dan bahkan membawa mimpi," ujar Mama Beatrix salah satu pengrajin.
Di sisi lain sekelompok orang berkumpul memanggang daging babi dan ubi dengan batu panas yang disebut acara bakar batu. Aroma daging babi yang terpanggang batu panas memenuhi udara.
Hari berikutnya, sebelum ke tempat Festival Baliem kami mengunjungi kampung Suroba di Distrik Warbeck untuk melihat dari dekat kehidupan keluarga Suku Dani dengan rumah-rumah honainya. Kepala Kampung Kamilus Hilapok menyambut kami dengan acara bakar batu dan kehangatan khas Papua.
Pada hari terakhir, hari penutupan, dimeriahkan dengan lomba ketangkasan seperti memanah, lomba lari babi. Namun, yang paling dinanti adalah prosesi Wim Motok, ritual penghormatan kepada leluhur. Para tetua suku memimpin doa dengan bahasa kuno, meminta berkat agar alam tetap subur dan warga terhindar dari malapetaka.
Festival Budaya Lembah Baliem selain atraksi wisata, juga cermin ketahanan budaya di tengah perubahan zaman. Meski kemajuan teknologi sudah sampai ke Wamena, generasi muda tetap diajari membuat koteka, Noken, berburu dengan panah, dan merawat adat. "Kami tak ingin jadi suku yang hanya dikenang di museum," kata Markus, pemuda Dani yang aktif mengajari anak-anak tarian tradisional.
Meninggalkan Lembah Baliem, ingatan tentang tarian perang, gemuruh genderang, mama-mama penjual cinderamata dan semangat masyarakatnya tetap membekas. Di sini, budaya bukan sekadar pertunjukan, tapi napas kehidupan. Festival Budaya Lembah Baliem mengingatkan kita bahwa di tengah pegunungan, daerah yang terpencil, masih ada tempat di mana manusia hidup selaras dengan alam, merayakan warisan leluhur dengan bangga.
Seperti kata pepatah Dani, "Noken kami mungkin sederhana, tapi ia mampu membawa seluruh dunia." Wamena pun siap menunggu dari seluruh dunia untuk dijelajahi. "Wah, wah, wah". (*)