Di balik kilau Menara Eiffel atau Louvre 'rumah' Venus de Milo dan Mona Lisa, di 13 Rue de l'Ancienne Comédie, Saint-Germain, tersimpan tempat bersejarah, Café Procope. Didirikan pada tahun 1686, kafe ini menjadi saksi bisu Revolusi Prancis dan legenda misteri sebuah topi hitam.
Saat memasuki Cafe Procope, kita akan disambut langit-langit tinggi bergaya Barok, meja-meja dari marmer, dan cermin buram berbingkai warna emas yang seakan membawa pengunjung ke abad delapan belas.
Di sudut ruangan, terdapat sebuah lemari etalase yang di dalamnya tersimpan topi usang berwarna hitam, yaitu Bicorne milik Napoleon Bonaparte. Konon, sang Kaisar muda meninggalkannya sebagai jaminan karena tidak mampu membayar tagihan kopi.
Jika berkunjung, coba pesan Croque Monsieur sambil menikmati kopi di meja marmer, dan bayangkan Voltaire duduk di salah satu meja menyelesaikan novel satirenya, Candide, sambil minum puluhan cangkir kopi sehari.
Jangan lupa berfoto di dekat topi Napoleon, tetapi jangan menyentuhnya! Kabarnya, siapa pun yang mengusik artefak itu, nasibnya akan mirip dengan sang Kaisar, terasing jauh dari rumah. Napoleon menghabiskan tahun-tahun terakhirnya dalam pengasingan di sebuah pulau kecil di Samudra Atlantik.
Di Cafe' Procope, aroma kopi bercampur dengan bayangan masa lalu; suara debat Rousseau seakan terdengar samar, atau suara George Danton yang merencanakan revolusi, sementara Napoleon muda—yang masih perwira miskin--duduk merancang ambisi atau membayangkan Kaisar muda terburu-buru meninggalkan Procope tanpa topi bicornenya.

Topi hitam itu mengintip dari etalase, mengawasi pengunjung yang tidak pernah sepi. Benarkah topi ini milik Napoleon? Ada yang mengklaim menemukan jejak rambut sang Kaisar di dalam topi pada tes DNA tahun 2012, ataukah itu hanya sejarah yang dipoles. Namun, para sejarawan meragukan keaslian topi tersebut. Napoleon dikenal sangat perfeksionis, sehingga tidak mungkin meninggalkan atribut militernya.
Topi barcone Napoleon tetap di Procone, dipajang di dalam etalase kaca, seakan menyimpan kutukan. Banyak pengunjung merasa "diawasi" saat berdiri di dekat etalase. "Dia tidak pernah kembali untuk menebusnya," bisik seorang pelayan.
Cafe Procope bukan hanya tempat untuk ngopi. Ini merupakan gerbang waktu; setiap tegukan kopi adalah dialog dengan masa lalu. Mungkin Anda dapat mendengar bisikan Napoleon yang masih merindukan takhtanya atau diskusi Danton dan Jean-Paul Marat tentang revolusi dan keadilan sosial.
Tegukan kopi tak pernah habis, dan Paris tetap menyimpan misteri topi Napoleon hingga tegukan terakhir.

Arc de Triomphe, monumen dibangun untuk menghormati kemenangan Napoleon dan pasukannya di berbagai pertempuran. Foto : Ade Kristanti (Lionmag)
BACA JUGA :
Mengurai Keindahan Kota Napoleon